"Jika gerhana matahari terjadi pada pagi hari atau subuh, itu pertanda baik bagi mereka yang berusia muda, mulai dari baru lahir hingga usia dewasa, akan memperoleh terang kehidupan. Pada pagi hari terdapat kesegaran, kesejukan dan kesehatan," kata Bajik Rubuh Simpei, rohaniwan Hindu Kaharingan, di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Selanjutnya, apabila gerhana terjadi siang hari, perlu diwaspadai akan terjadi bencana atau gejolak di kemudian hari. Sifat siang hari yang panas rentan menimbulkan gejolak yang harus diantisipasi pada masa depan. Jika gerhana matahari terjadi sore hari, masyarakat Dayak meyakini pada masa mendatang akan damai, aman dan penuh berkat.
"Berbagai tanda dari fenomena alam itu untuk mendorong manusia mawas diri dan berhati-hati menghadapi masa depan," imbuhnya.
Saat terjadi gerhana, puji-pujian pun dihaturkan melalui upacara adat oleh balian (rohaniwan) dengan mengucapkan mantra dan doa dalam bahasa Sangiang atau bahasa leluhur. Ritual itu dilaksanakan untuk menjaga keseimbangan alam semesta sekaligus ungkapan syukur kepada Tuhan.
"Yang penting diingat adalah alam telah membantu dan mendampingi manusia, tinggal bagaimana manusia melestarikan dan terus hidup berdampingan dengan alam," ujar Bajik.
Sementara itu, Ketua Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kota Palangka Raya Prada mengatakan, saat saat gerhana matahari tiba, terdapat energi negatif yang harus dihalau manusia. Karena itu, saat gerhana matahari, remaja biasanya keluar rumah sambil menutupi kepalanya dengan wajan agar rambutnya tidak segera beruban. Selain itu, dibunyikan juga gong, gendang, atau tabuh-tabuhan lain untuk mengusir energi negatif itu.
Sumber : kompas.com & assets.kompas.com (ilustrasi)
Baca juga :
- Mitologi Gerhana Menurut Kepercayaan Suku Dayak Ngaju
- Sambut GMT 2016 di Palangka Raya, Suku Dayak Ngaju Gelar Ritual Adat Unik
- Kota Palangka Raya Tawarkan Paket Wisata Gerhana Matahari Total 2016
- Saksikan Gerhana di Palangka Raya, Nikmati Juga Indahnya Bukit Tangkiling
loading...
loading...