2016/03/04

Sambut GMT 2016 di Palangka Raya, Suku Dayak Ngaju Gelar Ritual Adat Unik

Guna menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 di Kota Palangka Raya, 9 Maret 2016, berbagai tradisi dan budaya lokal akan disuguhkan sebagai pemikat wisatawan asing dan nusantara. Salah satunya adalah ritual "Balian Ba Ampar-Ampar".

Ritual ini merupakan tradisi adat suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah untuk mengusir hal-hal negatif yang mungkin terjadi akibat gerhana matahari. Tradisi ini akan dipimpin oleh para "Basir", demikian sebutan untuk pemuka adat Dayak Ngaju.

Sambut GMT 2016 di Palangka Raya, Suku Dayak Ngaju Gelar Ritual Adat Unik
Ilustrasi Balian yang dipimpin oleh seorang Basir (Dokumentasi stevefreemanphotography.com)

Ritual ini nantinya akan terbagi menjadi dua tahap, yaitu pada saat gerhana matahari total dan setelah gerhana matahari total.

  1. Tahap pertama. Saat matahari dalam posisi gerhana total, para pemuka adat akan membunyikan "salakatok" yaitu suatu alat komunikasi tradisonal terbuat dari bambu yang biasa digunakan masyarakat suku Dayak Ngaju saat menunggu ladang untuk berkomunikasi satu sama lain. Pada prosesi ini para tamu undangan dan wisatawan yang hadir akan diajak ikut serta membunyikan salakatok. Tujuan membunyikan salakatok beramai-ramai adalah untuk mengusir Rahu yang dipercaya telah menelan matahari.
  2. Tahap kedua. Setelah matahari muncul maka dilanjutkan dengan acara "Menenung Gawin Rahu", yaitu sebuah ritual untuk meramal dengan medium mata beliung persegi. Sebelum ramalan dimulai, para basir akan ada memangggil roh leluhur yang diyakini bisa meramal masa depan. Nantinya, semua pertanyaan terkait masa depan akan dijawab oleh mata beliung yang diputar oleh basir. Jika yang muncul adalah ramalan buruk, maka akan diadakan panantilang dahiyang baya.

Acara dilanjutkan dengan pelepasan burung dara sebanyak 59 ekor yang melambangkan uangkapan syukur atas usia provinsi Kalteng yang ke-59, diikuti pelepasan balon dengan jumlah yang sama.

Ritual balian ditutup dengan kegiatan "manampayah behas hambaruan". Ini adalah semacam evaluasi terhadap pelaksanaan ritual selama gerhana. Ritual ini dijalankan dengan membuka tujuh butir beras yang dibalut dengan kain putih yang ditempatkan di sesajen. Butir-butir beras ini sudah disiapkan sehari sebelum gerhana.

Setelah beras dibuka, basir akan melihat dengan seksama butiran-butiran beras tersebut untuk menemukan ada atau tidaknya keretakan pada beras. Jika berasnya bagus tidak ada yang retak ketika dibuka, berarti acara diberkati oleh Yang Kuasa.

Ritual ini akan menjadi tontonan unik saat menyaksikan gerhana matahari total di Palangka Raya. Kabarnya Televisi Jepang, NHK, secara khusus akan meliput seluruh prosesi nanti.

Selain itu, pada 8 Maret 2016, sekitar pukul 14.00 WIB, juga diadakan acara pembukaan berupa persembahan tari-tarian dan karnaval budaya dengan mengambil lokasi di Lapangan Sanaman Mantikei.


Baca juga :


Sumber foto :
loading...
loading...
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments