Usaha manusia dalam memahami alam semesta dan dinamikanya melahirkan mitos. Mitos berkembang mewakili bentuk paling sederhana dari cara berpikir manusia, sesuai dengan logika yang berkembang pada masanya.
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, tentunya kaya akan mitos, cerita serta pemahaman unik tentang gerhana. Bagi beberapa kelompok etnis yang terpapar budaya India menggunakan Bathara Kala sebagai "oknum" yang menelan matahari/bulan saat gerhana, sementara beberapa kelompok etnis lainnya yang dipengaruhi budaya Tiongkok menggunakan Naga.
Mitologi Gerhana Suku Dayak Ma'anyan
Demikian halnya suku Dayak Ma'anyan yang bermukim di DAS Barito, Kalimantan Tengah punya kepercayaan dan mitos tersendiri memaknai peristiwa alam gerhana.
Jika di kalangan masyarakat suku Dayak Ngaju yang mendiami DAS Kapuas, Kahayan dan Katingan ada mitos bahwa gerhana terjadi akibat matahari/bulan ditelan "taluh" atau "rahu", maka suku Dayak Ma'anyan percaya bahwa gerhana atau "Wulan Telen" terjadi karena matahari/bulan ditelan oleh naga.
Baca juga :
- Mitologi Gerhana Menurut Kepercayaan Suku Dayak Ngaju
- Gerhana Menurut Kepercayaan Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah
Tradisi saat terjadi gerhana di kedua suku yang masih satu rumpun ini pun tidak jauh berbeda. Jika terjadi gerhana matahari atau bulan, maka masyarakat suku Dayak Ma'anyan akan membuat sesajen kemudian beramai-ramai keluar rumah untuk melakukan ritual tarian tolak bala sembari membunyikan tetabuhan seperti gong dan gendang serta benda-benda lainya yang menghasilkan bunyi yang keras yang bertujuan agar naga segera memuntahkan kembali matahari/bulan yang ditelannya sehingga matahari atau bulan kembali bersinar.
Gerhana Sebagai Pertanda
Bagi suku Dayak Ma'anyan, fenomena alam gerhana juga dimaknai sebagai suatu pertanda atas apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini diungkapkan oleh Darlen M. Linda sesepuh Desa Bundar yang juga Damang Kepala Adat sebagaimana dikutip dari Borneonews (5/3/2016).
Berikut adalah arti dan makna gerhana menurut kepercayaan suku Dayak Ma'anyan sebagaimana yang dituturkan sesepuh Desa Bundar di atas :
- Apabila fase gerhana terjadi vertikal mulai dari bagian bawah piringan bulan atau matahari maka itu pertanda akan terjadi berbagai macam penyakit pada manusia dan kegagalan panen.
- Apabila fase gerhana terjadi vertikal mulai dari bagian atas piringan bulan atau matahari maka itu pertanda akan terjadi keributan besar, pertikaian atau peperangan.
- Apabila fase gerhana terjadi horisontal mulai dari bagian kiri maupun kanan piringan bulan atau matahari maka itu pertanda baik, dunia akan aman, adil, makmur dan sentosa.
"Kita berharap gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016 nanti akan ditutupi dari kiri atau kanan, sehingga dunia aman terhindar dari malapetaka dan peristiwa-peristiwa merugikan umat manusia," harap Darlen.
Sumber : borneonews & berbagai sumber lainnya
loading...
loading...