2015/11/21

Riwayat Ngabe Anum Soekah dan Keturunannya di Lewu Pahandut

Sebagai lanjutan artikel sebelumnya, yang bercerita tentang asal-usul kampung Pahandut yang merupakan cikal bakal Kota Palangka Raya, kali ini kita akan mengenal lebih dekat tentang seorang tokoh yang bernama Ngabe Anum Soekah atau lebih dikenal dengan sebutan Ngabe Soekah, seorang tokoh dari Kampung Pahandut, yang pernah ikut berjuang dalam Perang Wangkang di DAS Barito (1870).

Ngabe Anum Soekah

Ikhwal pasangan suami-istri Bayuh dan Kambang (Baca : Asal-usul Kampung Pahandut - Cikal Bakal Kota Palangka Raya),  mereka mempunyai dua orang anak laki-laki, yang sulung bernama Jaga sedang adiknya bernama Soekah. Bayuh sampai hari tuanya tetap dipercayakan sebagai Kepala Desa Pahandut dan di usia senjanya, Bayuh mengharapkan salah satu dari kedua putranya untuk menggantikannya sebagai kepala kampung.

Jaga sebagai anak tertua (sulung) tidak dapat menolak. Sebenarnya Jaga mengharapkan adiknya, Soekah, yang menggantikan kedudukan/jabatan ayah mereka, namun karena Soekah menolak dengan alasan, dia masih ingin merantau (mengembara alias berkelana), akhirnya Jaga diangkat menjadi Kepala Kampung Pahandut (Pambakal).

Dalam pengembaraannya itulah, pemuda Soekah sampai ke daerah Barito tepatnya di Puruk Cahu. Ketika itu Tamanggung Wangkang (Panglima Wangkang) sedang mengangkat senjata melawan Pemerintah Hindia Belanda untuk mempertahankan Distrik Bakumpai yang dikenal dengan Perang Wangkang, sekitar tahun 1870. Pemuda Soekah pun membantu dan maju ke medan laga, bertempur melawan serdadu Belanda.

Sekembali Soekah dari pengembaraannya dan berkumpul kembali dengan keluarganya di Pahandut, Soekah terpilih menjadi Pambakal/Kepala Kampung Pahandut menggantikan kakaknya, Jaga. Dalam kedudukannya sebagai Kepala Desa Pahandut, atas jasa-jasanya dalam memimpin dan membina Desa Pahandut, sehingga seluruh warganya dapat menikmati kehidupan makmur dan sejahtera, Pemerintah Hindia Belanda memberi gelar NGABE ANUM kepada Soekah.

Dengan demikian, Pambakal Desa Pahandut adalah Ngabe Anum Soekah. Namun sebutan yang lebih terkenal dalam masyarakatnya adalah sebutan akrab tetapi mengandung rasa hormat yaitu Ngabe Soekah. Berdasarkan informasi H. Basrin Inin, pada masa kepemimpinan Ngabe Soekah, Kampung Pahandut menjadi kampung yang paling ramai dikunjungi pendatang dan tercipta perdamaian, keamanan dan kenyamanan dari penduduknya yang berasal dari berbagai suku, ras dan agama.

Sandung Ngabe Anum Soekah


Sandung Ngabe Soekah terletak di pertigaan Jalan Darmosugondo dan Jalan Dr. Murjani (di depan terminal sementara). Sebelumnya di lokasi tersebut telah didirikan sandung oleh Bayuh pada tahun 1783, kemudian dipugar menjadi lebih besar oleh Ngabe Soekah pada tahun 1848. Pada waktu itu, lokasi sandung Ngabe Soekah ini dinamakan dengan Bukit Ngalangkang. Di kemudian hari banyak peristiwa mengambil tempat di Bukit Ngalangkang ini misalnya pengumuman nama Kota Palangka Raya dan peresmian Kotapraja Palangka Raya sebagai daerah otonom.

Keturunan Ngabe Anum Soekah dan Sejarah Terbentuknya Kota Palangka Raya

Pada masa kepemimpinan Ngabe Soekah, salah seorang cucunya yang bernama Herman Syawal Toendjan (HS. Toendjan) diangkat menjadi Damang. Sesudah Ngabe Soekah berusia lanjut, ditunjuk cucunya yang lain yang bernama Willem Dean sebagai kepala kampung selama 2 tahun, selanjutnya sekitar tahun 1940 diangkat Abd Inin (anak ketiga dari Ngabe Soekah) sebagai kepala kampung yang baru.

Pada masa perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, Abd Inin dan HS. Toendjan berkenalan dengan Tjilik Riwut. Ketiga sahabat itu kembali bertemu dalam suatu pertemuan yang "bersejarah" di awal tahun 1957, ketika Tjilik Riwut bersama 6 orang tokoh (panitia yang diketuai oleh Mahir Mahar) yang ditugaskan merumuskan dan mencari di mana daerah atau tempat yang pantas/wajar untuk dijadikan Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah berkunjung ke Kampung Pahandut.

Panitia tersebut didukung para pejabat teras Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan serta Pemuka-Pemuka Masyarakat Kalimantan Tengah kemudian menjatuhkan pilihan dan menetapkan PAHANDUT sebagai Calon Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah.

Pemuka-Pemuka dan Tokoh-tokoh Masyarakat Pahandut setelah mengetahui bahwa Pahandut, desa mereka, akan dijadikan sebagai calon Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah menyambut dengan sangat antusias. Namun mereka juga menyadari bahwa untuk pembangunan fisik dari Ibukota Propinsi diperlukan modal yang tidak kecil dan dengan spontan mereka menyerahkan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah, hak-hak atas tanah-tanah perwatasan milik mereka, untuk dipergunakan dalam Pembangunan Ibukota.

Sambutan masyarakat yang sangat antusias tersebut diwujudkan dan dituangkan dalam suatu PERNYATAAN pada tanggal 30 Januari 1957, yang menjadi dasar bagi Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Pernyataan para tetuha dan pemuka masyarakat Pahandut adalah sebagai berikut :

PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, ialah para Tetuha dan Pemuka Rakyat di Pahandut (Kecamatan Kahayan Tengah) setelah mengetahui dan mendengar, bahwa fihak Pemerintah ada mempunyai hasrat untuk untuk menjadikan Pahandut sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah, maka dengan ini kami menyatakan kegembiraan dan terima kasih yang tidak terhingga terhadap hasrat Pemerintah tersebut.

Menurut pengetahuan kami, memang Pahandut adalah satu-satunya daerah yang cocok sekali untuk dibangun menjadi Ibu Kota, baik dilihat dari segi pembangunan, maupun dari segi perhubungan antar Daerah di Wilayah Kalimantan Tengah. Oleh karena itu, kami mengharap supaya hasrat Pemerintah yang hendak menjadikan Pahandut sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah, diteruskan hingga menjadi kenyataan.

Kami para Tetuha da para Pemuka Rakyat Pahandut akan membantu sepenuhnya dan menegaskan pula di sini, bahwa tanah-tanah yang diperlukan untuk pembangunan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah sepanjang kebutuhannya, kami bersedia untuk memberikannya dengan senang hati, dan tidak akan meminta pembayaran apa-apa, kalau seandainya ada sebagian kecil yang sudah menjadi milik Rakyat,

Pahandut, 30 Januari 1957

Tanda Tangan Kami,
1. Abd. Inin d.t.t. Abd. Inin
2. St. Rasad d.t.t. St. Rasad
3. H. Tundjan d.t.t. H. Tundjan
4. Buntit Sukah d.t.t. Buntit Sukah
5. Dinan Gani d.t.t Dinan Gani
6. J. Rasan d.t.t. J.Rasan
7. Tueng Kaling d.t.t. Tueng Kaling

Pernyataan ini disampaikan dengan hormat kepada :
1. Yth. Gubernur/Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah.
2. Yth. Acting Gubernur Kalimantan Selatan.
3. Inspeksi Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan.
4. Badan Pekerja Dewan Rakyat Kalimantan Tengah.


(Sumber : citrabahana.blogspot.com)

Jika di antara pembaca ada yang berkenan menambahkan referensi / informasi sejarah atau koreksi tentang tokoh di atas, silakan memberikan komentar di bawah.

loading...
loading...
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments