2016/03/25

Pak Kasih, Pejuang Dayak yang Menjadi Nama Jembatan Tayan

Pak Kasih, Pejuang Dayak yang Menjadi Nama Jembatan Tayan


Presiden Joko Widodo meresmikan jembatan terpanjang di Kalimantan tepatnya di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada Selasa, (22/3). Jembatan sepanjang 1.650 meter ini merupakan bagian dari Jalan Trans Kalimantan poros selatan yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah.

Pada acara peresmian tersebut Gubernur Kalimatan Barat Cornelis menyampaikan nama jembatan baru itu adalah Jembatan Pak Kasih, yang kemudian disetujui oleh Presiden Joko Widodo. Sehingga secara resmi nama jembatan yang melintasi Pulau Tayan yang berada di tengah sungai Kapuas ini adalah Jembatan "Pak Kasih" Tayan.

Nah, bagi netizen yang bukan berasal dari Kalimantan Barat khususnya wilayah Sengah Temila, Kabupaten Landak akan bertanya-tanya, siapa Pak Kasih ini.

Berikut ini Info Itah bagikan informasi dari blog seorang kerabat Dayak di Ngabang (http://nobessito2.blogspot.co.id/) tentang siapa Pak Kasih dan apa jasanya sehingga nama beliau dipilih dan diabadikan menjadi nama jembatan terpanjang di Kalimantan ini.


Siapa Sebenarnya Pak Kasih?


Mane atau Pak Kasih berasal dari Kampung Pancur, Sengah Temila. Pak Kasih adalah seorang tokoh Dayak Kalimantan Barat yang gigih berjuang menghadapi penjajah Belanda. Bersama dengan Bardan Nadi memimpin serangan-serangan Laskar Gerakan Rakyat Merdeka (GERAM) terhadap Belanda. Laskar ini bahkan tidak segan untuk melakukan berbagai serangan ke tangsi Belanda.

Akibat perlawanan beliau, tentara Belanda (NICA) yang mendapat bantuan pasukan dari Pontianak, bergerak mengejar Laskar Geram, dan terjadilah peristiwa yang menyebabkan gugurnya Pak Kasih dalam  pertempuran yang terjadi di Sidas. Pertempuran tersebut kini dikenal dengan nama Pertempuran Sidas.

Dalam pertempuran yang terjadi pada pada tanggal 29 Oktober 1946 beliau gugur bersama dengan 22 orang pejuang lainnya, sebagaimana yang diceritakan oleh saksi hidup perang Sidas yang bernama Bucong (82).

Dikisahkan bahwa ketika Panglima Indat membentuk pasukan Gerakan Rakyat Merdeka (GERAM) Kubu I di Sepatah, semua orang Dayak diundang oleh Bardan Nadi untuk membahas strategi peperangan melawan pasukan Belanda, dari situlah para pejuang Dayak itu melanjutkan mangkok putih ba calek jalanang merah sehingga menyebar ke berbagai pelosok-pelosok desa. Selanjutnya diadakanlah pertemuan untuk pertama kalinya secara besar-besaran di Kampong Batung Pulai untuk mempersatukan para pejuang suku Dayak. Sejak itu Batung Pulai dijadikan markas utama bagi pasukan Bala Pejuang.

Pertemuan kedua dilaksanakan di rumah Timanggong Amin Amer. Dalam pertemuan kedua ini para pejuang rencananya akan berunding membahas strategi perang, namun pertemuan dibubarkan dan diputuskan untuk pindah ke Sidas.

Akhirnya pada tanggal 29 Oktober 1946 pertemuan yang ketiga bertempat di rumah Utih Daris di Sidas terlaksana, dengan tujuan yang sama yaitu untuk membahas strategi menghadapi pasukan tentara Belanda yang ada di Ngabang. Selain membahas strategi, rapat tersebut juga merencanakan pembunuhan seorang pribumi yang menajdi mata-mata Belanda bernama Ya' Umar, namun yang bersangkutan tidak ditemukan.

Tidak lama kemudian pasukan Belanda tiba di Sidas. Melihat jumlah kedua kubu cukup imbang pihak Belanda tidak mau gegabah untuk langsung menyerang. Pimpinan pasukan Belanda kemudian mengajak Panglima Pak Kasih berunding.

Pihak Belanda meminta para pejuang Dayak ini menurunkan senjata dan menyerah, namun permintaan itu ditolak oleh Pak Kasih dan balik meminta agar pihak Belanda yang menyerahkan senjata. Kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah, namun akhirnya sepakat mengadakan gencatan senjata.

Setelah perundingan alot yang berujung pada gencatan senjata itu Pak kasih mengambil kesempatan untuk beristirahat sejenak. Beliau melepaskan semua perlengkapan perang yang ada ditubuhnya mulai dari senapan, tangkitn, hingga jimatnya.

Namun tanpa diduga, saat semua orang beristirahat dan lengah, seorang kaki tangan belanda dengan sengaja melepaskan tembakan ke arah pasukan Belanda sehingga Belanda mengira bahwa yang menembak ke arah mereka adalah kubu pasukan Pak kasih. Belanda segera menyerang ke arah kubu Pak Kasih, hujan peluru ke arah Pak Kasih dan kawan-kawannya tidak terelakan, dan akhirnya pak kasih beserta kawan-kawan yang lain pun gugur dalam pertempuran, demikian Bucong mengakhiri kenangannya.

Pak Kasih dan 22 orang pejuang yang gugur dalam Pertempuran Sidas dimakamkan di Makam Juang Sidas - Sengah Temila.


Sumber : http://nobessito2.blogspot.co.id/2014/08/pak-kasih-dayak-fighter-in-defending.html
loading...
loading...
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments